Budayakanlah Komentar yang Bermutu

Sabtu, 11 September 2010

Yang Besar Bukanlah Aku Melainkan Gunung ini, Tapi Aku Sudah Mengalahkannya

Ilustrasi
Di suatu lembah, di pegunungan batu, hiduplah sekawanan domba yang bulunya putuh bagai awan dan halus bagai sutra, tapi entah kenapa seekor anak kambing gunung yang hitam pekat bagai Awan mendung, bisa tercampur dengan kawanan ini. Setiap hari si anak kambing ini selalu di ejek oleh para domba, mereka meneriakinya

"awan hitam,awan hitam
jangan turunkan hujan
saat kami bermain
dan tidak mengajakmu"

dan mereka tertawa

Waktu minum di sumber mata air, para domba ini berjajar dan tidak membuka cela untuk sang anak kambing, mereka hanya mengejeknya dengan berkata

"awan hitam,awan hitam
Ayo turunkan hujan
untuk kamu minum"

dan mereka tertawa sambil membiarkan kawanan yang lainnya minum sepuas hati

Saat mereka makan di padang rumput, para domba membuat pagar betis agar si anak kambing tidak bisa memakan rumput segar yang ada di tengah taman, Dia pun terpaksa memakan rumput kering di pinggir padang rumput

Sewaktu hujan turun, para domba jantan berdiri di mulut gua agar si anak kambing tidak bisa masuk kedalamnya dimana semua doba putih itu beristirahat dengan tenang dan kering, malahan mereka mengejeknya lagi

"awan hitam,awan hitam
hentikan saja hujannya"

dan mereka tertawa

Si anak kambing tau, dia tidak dapat hidup seperti ini, diapun pergi menuruni bukit untuk minum di pinggir sungai, sebelum dia minum, tiba-tiba seekor buaya lapar muncul di hadapannya dengan takut dia pun berkata

"Jangan makan aku, rasaku tidak enak seperti Awan Mendung" kata si anak kambing
"Seperti apa rasa awan mendung itu" sambung sang buaya
"mungkin seperti air"
"HOEK....!!! aku sudah puas menelan air"

si anak kambing bersyukur karna si buaya bodoh, dia pun minum dengan tenang, dan dengan bebas menyeberangi sungai untuk makan di padang rumput sebelah
dan setiap hari si buaya selalu bertanya

"apakah kau cerah hari ini ?"

dan sang anak kambing menjawab

"masih belum, lihatlah, warnaku masih hitam

sang buayapun enggan untuk memakannya

suatu hari, dia menemukan seekor anak srigala gunung yang terlika di balik semak-semak
"knapa kau ada di sini?" tanya anak kambing
"aku terpeleset dan jatuh kesini, bisakah kau membawaku kembali ke atas?? "sambung si anak srigala

"Bisa, asalkan kau tidak menggigitku atau mencakarku"

"tenang saja, Gigiku belum cukup panjang dan cakarku sudah patah saat terjatuh."

akhirnya karna rasa Iba, sang anak kambingpun menolongnya, sebelum sampai di puncak, si anak kambing bertanya

"apakah keluargamu di atas sana tidak akan memakanku?? "

"tidak, karna aku anak kesayangan mereka, jadi aku pasti bisa mengatasinya" jawab si anak srigala

tak lama kemudian, hujan lebat turun, mereka pun berteduh dan tertidur dalam sebuah gua tempat mereka berteduh. Beberapa saat kemudian, si anak kambing mendengar sesuatu, ternyata sudah terjadi banjir besar yang menenggelamkan lembah kawanan domba tadi

terdengar juga teriakan teriakan anak domaba yang berkata
"awan hitam, awan hitam
ajak aku naik"

teriakan para domba betina dan jantan yang berkata

"awan hitam, awan hitam
Hentikan hujannya"

seluruh kawanan doba itu mulai hanyut dan satu persatu dari mereka di lahap para buaya sungai yang haus darah
satu demi satu....
satu demi satu.....

hinga seluruhnya hilang tak berbekas
si anak kambing hanya terpaku melihat drama kematian itu

saat hujan redah, dia dan si anak srigala mulai memanjat lagi sehingga akhirnya mereka sampai di antara kawanan srigala dan dikepung oleh mereka

sang anak srigala pun meloncat dan berkata
"jangan makan Dia
Dia telah menyelamatkanku"
dan anak srigala ini pun menangis

tapi tangisannya tak bisa menolong penolongnya

kemudian, sang anak kambing tersenyum, dia lalu berlari dan terus berlari
meloncati batu-batuan sehingga dia sampai di puncak gunung

Dia tau, para buaya tidak akan memakannya
Dia tau, ejekan para domba tak bisa menyakitinya

Saat itu dia berkata

"Yang besar bukanlah aku
melainkan gunung ini dan aku sudah mengalahkannya"


di balik suka cita itu
di bagian tengah gunung yang gelap, sang anak srigala memandang ke puncak gunung
Saat cahaya bulan datang, dia mengira melihat sosok penyelamatnya, dia pun melolong sejadi jadinya

karna dia tau, air matanya tidak bisa membelanya
Dia berharap, sosok kecilnya dapat terlihat dari atas sana
dan suatu hari Dia yang berdiri di puncak akan memaafkan dirinya
Dan tersenyum tanpa kebencian di matanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar